HEADLINE NEWS

BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS

Sunday, November 15, 2009

Berikut ini diuraikan beragam definisi berpikir kritis, akan tetapi masing-masing komponen berpikir kritis dari akhli-akhli berbeda mengandung banyak kesamaan. Definisi-definisi inilah yang dijadikan landasan dalam penelitian ini.

Steven (1991) memberikan pengertian berpikir kritis yaitu berpikir dengan benar dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliable. Berpikir kritis adalah berpikir nalar, reflektif, bertanggung jawab, dan mahir berpikir. Dari pengertian Steven, seseorang yang berpikir dengan kritis dapat menentukan informasi yang relevan. Berpikir kritis merupakan dalam memproses informasi yang akurat sedemikian sehingga dapat dipercaya, logis, dan kesimpulannya terpercaya, dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab. Seseorang yang berpikir kritis dapat bernalar logis dan membuat kesimpulan yang tepat.

Proses berpikir kritis dapat digambarkan seperti metode ilmiah. Steven (1991) mengutarakan bahwa berpikir kritis adalah metode tentang penyelidikan ilmiah, yaitu: mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mencari dan mengumpulkan data-data yang relevan, menguji hipotesis secara logis dan evaluasi serta membuat kesimpulan yang reliable.

Krulik dan Rudnick (1993) mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah. Termasuk didalam berpikir kritis adalah mengelompokan, mengorganisasikan, mengingat dan menganalisis informasi. Berpikir kritis memuat kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang diperlukan dengan yang tidak ada hubungan. Hal ini juga berarti dapat menggambarkan kesimpulan dengan sempurna dari data yang diberikan, dapat menentukan ketidakkonsistenan dan kontradiksi di dalam kelompok data. Berpikir kritis adalah analitis dan reflektif.

Berdasarkan pengertian berpikir kritis menurut Krulik dan Rudnick, yaitu berpikir kritis adalah berpikir analitis mengandung pengertian bahwa berpikir kritis berlangsung selangkah demik selangkah. Tiap langkah ini tegas dan dapat dijelaskan kepada orang lain. Berpikir dilakukan dengan penuh kesadaran akan informasi yang terlibat. Termasuk dalam berpikir analitis adalah proses berpikir untuk mengklasifikasi, membandingkan, menarik kesimpulan dan mebgevaluasi.

Berpikir reflektif mempunyai karakteristik menangguhkan keyakinan dan melihat kembali ketercukupan dari premis-premis yang logis. Seseorang yang berpikir reflektif mempertimbangkan segala alternatif sebelum mengambil keputusan. Oleh karena itu, orang yang berpikir reflektif tidak menerima sembarang pendapat, namun tidak berarti selalu menganggap salah terhadap semua pernyataan orang lain. Berpikir reflektif bertujuan pada apakah meyakini atau melakukan sesuatu.

Penelitian pendidikan telah mengidentifikasi beberapa keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis yaitu menemukan analogi dan hubungan lainnya antar informasi, menemukan relevansi dan validitas informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan menentukan dan mengevaluasi solusi atau cara-cara alternatif penyelesaian (Pott, 1994).

Menurut Ennis (1996) berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Dari definisi Ennis tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan kedalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita untuk membuat keputusan.

Berpikir kritis berfokus pada apakah meyakini atau melakukan sesuatu mengandung pengertian bahwa mahasiswa yang berpikir kritis tidak hanya percaya begitu saja apa yang dijelaskan oleh dosen. Mahasiswa berusaha mempertimbangkan penalarannya dan mencari informasi lain untuk memperoleh kebenaran.

Pengertian tentang berpikir penting bagi kita karena dapat membedakan berpikir kritis dengan bentuk berpikir yang lain (berpikir tidak kritis). Lipman (Ornstein dan Hunkins, 1998) membedakan berpikir biasa dan berpikir kritis. Berpikir biasa adalah sederhana dan kurang standar, berpikir kritis lebih kompleks dan didasarkan pada standar keobyektifan, mkegunaan, dan konsistensi. Dosen diharapkan membantu mahasiswa mengubah (1) dari menerka ke menaksir; (2) dari memilih ke mengevaluasi; (3) dari mengelompokan ke mengklasifikasikan; (4) dari percaya ke mengasumsikan; (5) dari menyimpulkan ke menyimpulkan secara logis; (6) dari memberikan pendapat tanpa alasan ke memberikan pendapat dengan alasan; (7) dari membuat keputusan tanpa kriteria ke membuat keputusan dengan kriteria.

Ennis (Ornstein dan Hunkins, 1998: 119) memberikan kerangka kerja untuk pengajaran berpikir kritis. Dia membagi berpikir kritis dalam empat komponen, masing-masing terdiri dari beberapa keterampilan khusus yang dapat diajarkan ke mahasiswa, yakni:

1. Mendefinisikan dan mengklarifikasi:

a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi alasan yang dikemukakan

c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dikemukakan

d. Melihat persamaan dan perbedaan

e. Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan

f. Meringkas

2. Menanyakan dengan pertanyaan yang tepat untuk memperjelas atau menghadapi tantangan:

a. Mengapa ?

b. Apa intinya?

c. Apa artinya?

d. Apa contohn ya?

e. Apa yang bukan contohnya?

f. Bagaimana aplikasinya?

g. Perbedaan apa yang dia buat?

h. Aap faktanya?

i. Apakah ini yang dikatakan?

j. Apa yang lebih detailnya?

3. Menilai kredibilitas (kepercayaan) suatu sumber:

a. Keahlian

b. Kurangnya konflik yang menarik

c. Persesuaian antar sumber

d. Reputasi

e. Penggunaan prosedur yang tepat

f. Resiko yang diketahui untuk reputasi

g. Kemampuan memberikan alasan

h. Kebiasaan saksama (careful habits)

4. Memecahkan masalah dan menggambarkan kesimpulan:

a. Menyimpulkan dan menilai validitas

b. Mempengaruhi dan menilai kesimpulan

c. Meramalkan konsekuensi yang mungkin

Chanche (Huitt, 1998) seorang kahli psikologi kognitif mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan untuk menganalisis fakta, membangkitkan dan mengatur ide, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argument dan memecahkan masalah. Menurut Sukmadinata (2004) berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah.

Berpikir kritis dari Chanche dan Sukmadinata mempunyai kesamaan yaitu proses mental untuk menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah. Melalui proses berpikir dengan kritis seseorang dapat memperoleh informasi dengan benar, mengevaluasinya dan memproses informasi tersebut sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang terpercaya.

Swart dan Perkin (Hassoubah, 2004) menyatakan bahwa berpikir kritis berarti:

1) Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis

2) Memakai standar penilain sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat kesimpulan

3) Menarapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menemukan dan menerapkan standar tersebut

4) Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.

Dengan demikian, berpikir kritis sebagian besar terdiri dari mengevaluasi argument atau informasi dan membuat keputusan yang dapat membantu mengembangkan kepercayaan dan mengambil tindakan serta membuktikan.

Berpikir kritis matematis adalah berpikir kritis pada bidang ilmu matematika. Dengan demikian, berpikir matematis adalah proses berpikir kritis yang melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika dan pembuktian matematika. Berpikir kritis dalam matematika merupakan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah matematika. Berdasar pada definisi-definisi berpikir kritis yang dikemukakan para akhli, dalam penelitian ini dikembangkan indicator berpikir kritis matematis, yang diklassifikasikan atas lima komponen berpikir kritis, yaitu

1. Analisis, meliputi:

(1) Memisahkan informasi ke bagian-bagiannya

(2) Mencari hubungan antar informasi

(3) Mengorganisasikan informasi

2. Evaluasi, meliputi:

(1) Membuat criteria

(2) Menentukan kerasionalan suatu jawaban

(3) Menilai suatu argumen

3. Pembuktian, meliputi:

(1) Memberikan alasan yang logis

(2) Menyediakan bukti pendukung

(3) Menentukan konsep yang termuat dalam membuktikan

4. Pemecahan Masalah, meliputi:

(1) Membuat strategi pemecahan masalah

(2) Menjalankan strategi pemecahan masalah

(3) Mengevaluasi kebenaran hasil pemecahannya

5. Menemukan Analogi, meliputi:

(1) Melihat keserupaan,

(2) membuat kesimpulan atas dasar keserupaan

1. Proses Berpikir Kritis

Penelitian tentang proses pemecahan masalah sebagai komponen berpikir kritis yang dilakukan dengan cara memberikan masalah secara individual dan meminta setiap individu menjelaskan proses pemecahannya secara lisan (talk-aloud), memberikan gambaran secara umum bahwa tahapan dimulai dengan analisa masalah, kemudian dibangun informasi yang diperoleh dari pengalamannya dan dihubungkan dengan masalah yang telah diidentifikasi. Selanjutnya dibuat hipotesa dan pemecahannya berdasarkan atas pola yang diperoleh dari pengalamannya. Proses pemecahan masalah yang telah diuraikan tersebut sesuai dengan analogi proses tentang bagaimana nalar membangun pengetahuan.

Menurut Piaget (1976; dalam Dahar, 1996), siswa tidak menerima pengetahuan secara pasif, tetapi membangun pengetahuan itu melalui aktivitas tertentu. Pengetahuan baru diperoleh karena ada perubahan struktur mental melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi terjadi bila seseorang menggunakan struktur mental yang ada untuk merespon lingkungannya, memproses struktur mentalnya untuk menghadapi suatu masalah. Jika pada proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi antara lingkungan dan struktur mental yang ada, terjadi keadaan yang tidak seimbang (disequilibrium). Sebagai akibatnya akan terjadi proses akomodasi, perubahan struktur mental yang ada dan terbentuk struktur baru. Pada proses akomodasi terjadi interaksi epigenetik antara prinsip-prinsip yang dimiliki dan pengalamannya. Dari interaksi ini dihasilkan pengorganisasian dan pengubahan struktur yang keberhasilannya dipengaruhi oleh lingkungan.

Berdasarkan pemahaman bagaimana pengetahuan itu dibentuk, maka dosen memberikan perkuliahan berpikir kritis pada mahasiswa sebenarnya adalah menciptakan kondisi disequilibrium sedemikian sehingga mahasiswa dapat mengubah struktur berpikirnya. Untuk kepentingan ini, mahasiswa perlu dihadapkan pada masalah yang menantang dan tersedianya struktur yang memadai untuk mendukung pembentukan struktur baru. Akibat dari pembentukan struktur yang dilakukan secara individual, maka untuk menggunakan informasi yang sudah ada, guru tidak perlu memaksakan makna informasi yang diberikan. Secara individu mahasiswa memberi makna pada informasi yang ada, menginterpretasikan informasi berdasarkan informasi sebelumnya yang akan mempengaruhi informasi yang berasal dari input dan pengalaman untuk mendapatkan alternatif pemecahan berdasarkan peluang yang ada. Setelah dipilih alternatif, dibuat hipotesa dan pembuktiannya untuk mendapatkan hasil.

Read Full 0 comments

APAKAH BERPIKIR ITU?

Berpikir umumnya diasumsikan sebagai suatu proses kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik, yaitu berupa suatu aktivitas mental dalam usaha memperoleh pengetahuan (Presseisen, 1985). Hasil dari berpikir dapat berupa ide-ide, pengetahuan, alasan-alasan dan untuk proses berpikir yang lebih tinggi hasilnya dapat berupa keputusan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (1989) yang menyatakan dengan berpikir orang dapat menyampaikan ide-idenya serta menampilkan suatu tingkah laku sebagai keterampilan atau penggambaran atas penguasaan terhadap sesuatu yang dipelajari.

Beyer (Presseisen, 1985) m;embedakan antara keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (1985) bahwa proses berpikir kompleks terdiri dari empat macam, yaitu pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Keempat macam proses berpikir kompleks tersebut bersifat saling melengkapi dan saling terkait erat.

Menurut Marzano et al.(1989:4) berpikir meliputi lima dimensi yang saling tumpang tindih, berkaitan satu sama lain, dan tidak hirarki. Kelima dimensi berpikir tersebut adalah metakognisi, berpikir kritis dan kreatif, proses berpikir, kemampuan berpikir inti, dan hubungan antara berpikir dengan pengetahuan tertentu.

Proses kegiatan berpikir dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan. Proses berpikir yang termasuk dalam perolehan pengetahuan adalah pembentukan konsep, pembentukan prinsip, dan pemahaman. Sedangkan proses berpikir yang termasuk dalam aplikasi pengetahuan adalah pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian.

Dalam menghadapi berbagai masalah, seseorang perlu melakukan penalaran (berpikir secara cermat) sebelum mengambil keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Krulik dan Rudnick (1993) menyatakan bahwa, penalaran memuat berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Galotti (Matlin, 1994) menyatakan proses kegiatan berpikir meliputi tiga bagian, yaitu penalaran, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Ketiga proses tersebut merupakan aktivitas mental yang membentuk inti berpikir. Proses kognitif tersebut saling berhubungan yang satu dengan yang lain. Dari pendapat Galotti, Krulik dan Rudnick maka aktivitas mental yang membentuk inti berpikir adalah berpikir dasar, berpikir kritis, berpikir kreatif, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.

Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah sangat ditentukn oleh pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif seseorang. Springer & Deutsch (Huitt, 1998) membedakan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kritis cenderung lebih linier dan berurutan (serial), lebih terstruktur, lebih rasional dan analitis, dan lebih berorientasi tujuan. Berpikir kreatif lebih holistic dan parallel, lebih emosional dan intuitif, dan lebih kinesthetic. Pengklasifikasian berpikir kritis dan kreatif berdasarkan pada cara kerja otak kiri dan otak kanan. Berpikir dengan otak kiri berkaitan dengan berpikir kritis (analitis, beruntun, logis, dan objektif) sedangkan berpikir dengan otak kanan berkaitan dengan berpikir kreatif (global, parallel, emosional, dan subjektif).

Alvino (Cotton, 1992) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek-aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Dari pengertian tersebut dengan berpikir kreatif dapat menghasilkan banyak ide, mudah mengubah pandangan, memahami hal-hal yang baru, dan membangun gagasan-gagasan lain.

Berpikir kreatif adalah berpikir yang original dan reflektif dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Termasuk dalam berpikir kreatif adalah mensintesa gagasan, menghasilkan gagasan baru, dan menentukan keefektifan gagasan yang ada. Berpikir kreatif memuat kecakapan untuk membuat keputusan dan biasanya meliputi pengembangan produk akhir yang terbaru (Krulik dan Rudnick, 1993).

Berdasarkan pengertian berpikir kreatif menurut Krulik dan Rudnick, yaitu berpikir kreatif adalah berpikir reflektif, maka seseorang yang berpikir kreatif mempertimbangkan alternatif-alternatif kemungkinan-kemungkinan pemecahan suatu masalah sebelum mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian yang mudah. Biasanya berpikir kreatif hanya dapat berlangsung apabila seseorang mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang ilmu itu dan memahami strukturnya.

Berpikir kritis dan kreatif sangat saling berkaitan dan saling melengkapi dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik kita perlu mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi. Mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi merupakan suatu bagian penting berpikir kritis. Dengan demikian, pengambilan keputusan juga terkait dengan berpikir kritis. Pengambilan keputusan juga terkait dengan pemecahan masalah.
Read Full 2 comments

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Joyce, et al (2000) menyatakan bahwa strategi khusus untuk mencapai suatu tujuan disebut model. Rober (Cole & Chan, 1994) memberikan pengertian tentang model sebagai suatu kumpulan pernyataan yang memberikan ciri lengkap dan konsisten tentang suatu bidang yang dapat diartikulasikan dengan baik. Joyce, et al (2009:25) dalam bukunya “Models of Teaching” menggolongkan model pembelajaran dalam empat kelompok, yaitu: (1) Kelompok Model Pengolahan Informasi (The information-processing family); (2) Kelompok Model Sosial (The social family); (3) Kelompok Model Personal (The personal family): dan (4) Kelompok Model Sistem Perilaku (The behavioral system family). Dimana setiap kelompok modelnya terdiri atas beberapa model pembelajaran.
Kelompok model pengolahan informasi terdiri atas: (1) Inductive Thinking Model; (2) Concept Attainment Model; (3) The Picture-Word Inductive Model; (4) Scientific Inquiry Model; (5) mnemonics (Memory Assists) Model; (6) Synectics Model; dan (7) Advance Organizers Model. Kelompok Model Sosial terdiri atas: (1) Partners in Learning; (2) Group Investigation Model; (3) Role Playing Model; dan (4) Jurisprudential Inquiry Model. Kelompok Model Personal terdiri atas: (1) Nondirective Teaching Model; dan (2) Enhancing Self Concepts through Achievement Model. Kelompok Model Sistem Perilaku terdiri atas: (1) Mastery Learning Model dan Programmed Instruction Model; (2) Direct Instruction Model; dan (3) Learning from Simulations: Training and Self-Training Model.
Read Full 0 comments

TEKNIK MEMOTIVASI SISWA AGAR MAU BELAJAR

Tuesday, October 6, 2009
Sering kita bertanya: “Bagaimana teknik memotivasi siswa agar siswa mau mengikuti proses pembelajaran di kelas?”. Pertanyaan inilah yang menjadi beban bagi guru-guru, terutama bagi guru pemula, mengingat karakteristik siswa yang sangat heterogen dan kondisi iklim belajar di kelas yang bervariasi. Kebervariasian karakteristik siswa di dalam kelas yang sangat kompleks ini, bagi guru pemula sangat sukar untuk dapat dikendalikan ke arah iklim belajar tunggal, yaitu iklim beljar yang kondusif, nyaman, dan bergairah.

Menurut Mc Donald, motivasi adalah suatu perubahan energi yang ada di dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” atau “hasrat” yang didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai suatu rangkaian usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga sesorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu.

Motivasi bisa bersifat instrinksik yaitu motif yang muncul atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar terlebih dahulu karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya seorang siswa belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain.

Motivasi juga bisa bersifat ekstrinksif, yaitu motif-motif yang aktif karena adanya rangsangan yang datangnya dari luar diri individu itu sendiri. Misalnya: siswa belajar karena besoknya aka nada ulangan atau ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik. Motivasi ekstrinksif bukan berarti tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, motivasi ekstrinksif sangat penting. Karena kemungkinan besar keadaan siswa itu menunjukkan sesuatu yang dinamis, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar (PBM) ada yang kurang menarik bagi diri seorang siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinksif.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa, baik belajar di dalam kelas yang dibimbing guru, ataupun belajar di rumah yang langsung diawasi dan dibina oleh kedua orangtuanya, beberapa rangsangan motivasi tersebut, di antara nya:

1. Dengan memberi angka (nilai)
Angka atau nilai yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat, akan tetapi guru harus berhati-hati dalam memberi nilai kepada siswa didiknya jangan sampai pencapaian angka atau nilai tersebut merupakan tujuan akhir dari belajar.

2. Ego-involvement
Ego-involvement merupakan suatu hal yang dapat menumbuhkan kesadaran kepada diri seorang siswa agar merasakan akan pentingnya suatu tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga siswa akan berusaha keras untuk menyelesaikannya dengan mempertaruhkan harga dirinya secara nyata.

3. Berkompetisi atau bersaing
Kompetisi pada setiap diri seorang siswa sangat baik, karena secara individual atau berkelompok dapat meningkatkan motivasi dalam belajar.

4. Hadiah (Gift)
Hadiah juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, tetapi tidak selalu demikian

5. Ulangan
Seorang diri siswa akan giat belajar, apabila ia mengetahui akan ada ulangan. Mengingat bahwa ulangan merupakan harga diri siswa.

6. Mengetahui Hasil
Siswa akan terdorong untuk lebih giat belajar, apabila ia mengetahui hasil pekerjaannya. Apalagi hasil ulangannya terjadi kemajuan prestasi. Oleh karena itu hasil ulangan siswa alangkah baiknya setiap ulangan diperiksa oleh guru dan hasilnya diumumkan.

7. Memberi Pujian (Reward)
Pujian yang diberikan kepada diri seorang siswa dalam bentuk reinforcement yang positif merupakan motivasi yang baik. Bentuk pujian bisa berupa senyuman guru atau dengan cara menepuk pundak siswa atau dalam bentuk oral guru. Dengan pujian yang tepat akan menciptakan suasana menyenangkan dan dapat meningkatkan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi sekaligus akan membangkitkan harga diri siswa (self esteem).

8. Memberi Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negative, tetapi hukuman apabila disampaikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi yang sangat dasyat. Oleh karena itu, seorang guru yang akan memberikan hukuman kepada siswanya, terlebih dahulu harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman yang bersifat edukasi yang tepat dan berwibawa.

9. Tujuan yang disepakati
Rumusan tujuan dalam pembelajaran di kelas yang diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami rumusan tujuan pembelajaran yang tepat yang harus dicapai dalam satu pertemuan kegiatan belajar mengajar di kelas akan dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Rumusan tujuan belajar sebaiknya ditulis terlebih dahulu oleh guru di papan tulis dan rumusan belajar tersebut jangan dihapus selama kegiatan belajar mengajar berlangsung hingga berakhir.

10. Hasrat/minat untuk belajar
Hasrat atau minat untuk belajar berarti ada pada diri anak didik itu sendiri, yang sudah ada pada diri seorang siswa dan memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajarnya akan lebih baik. Motivasi muncul karena ada suatu kebutuhan, begitu juga minat sehingga minat merupakan alat motivasi yang bersifat pokok. Minat dapat ditumbuhkembangkan dengan cara: membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghbungkan dngan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
Read Full 1 comments

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

Bioteknologi lingkungan penggunaannya banyak melibatkan mikroorganisma untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan alam sekitarnya. Peningkatan kualitas lingkungan tersebut meliputi pencegahan terhadap masuknya berbagai pollutan agar lingkungan tidak terpollusi; membersihkan lingkungan yang terkontaminasi oleh pollutan; dan membangkitkan serta memberdayakan sumber daya alam yang masih memiliki nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Essensi kajian bioteknologi lingkungan sesungguhnya untuk meningkatkan kesejahteraan tarap kehidupan manusia melalui pemberdayaan lingkungan secara teknik.

Bioteknologi lingkungan kelihatannya seperti kajian yang sangat menjanjikan kepada kita semua terutama menjanjikan kesejahteraan dalam meningkatkan kehidupan modern yang mengarah kepada kehidupan modern yang lebih baik lagi. Perlakuan teknologi secara mikrobiologi telah dikembangkan sejak awal abad ke-20-an, seperti mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan juga manusia) dan pencernaan anaerobik hewan, kotoran-kotoran lain yang berserakan di lingkungan tempat tinggal kita. Pada waktu yang sama, teknologi-teknologi baru secara konstan ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang trend sekarang ini , terutama masalah lingkungan hidup, seperti detoksifikasi zat-zat kimia yang berbahaya yang sudah banyak menyatu ke dalam berbagai tumbuhan dan hewan peliharaan kita.

Beberapa perangkat alat penting yang sering digunakan untuk melihat karakteristik dan proses pengontrolan pollutan dalam teknologi lingkungan juga telah dikembangkan secara bertahap sesuai dengan biaya yang tersedia. Contoh: mengukur biomassa secara tradisional, seperti zat padat yang mudah menguap, yang tidak memiliki relevansi berkurang atau hilang, meskipun perangkat ini digunakan khusus untuk biologi molekuler guna mengeksplor persebaran komunitas mikrobial.

Proses kerja bioteknologi lingkungan sesuai dengan prinsip kerja yang sudah diaplikasikan pada bidang mikrobiologi dan rekayasa (engineering), akan tetapi aplikasi prinsip-prinsip ini secara normal membutuhkan beberapa tingkatan empirisme. Meskipun bukan suatu pengganti untuk prinsip-prinsip, empirisme musti terkait, karena material yang diperlakukan dengan bioteknologi lingkungan adalah sangat kompleks dan tidak dapat dipisahkan dalam berbagai waktu dan tempat.

Prinsip-prinsip rekayasa mengarah kepada perangkat kuantitatif, sedangkan prinsip-prinsip mikrobiologi seringkali mengarah kepada observasi. Kuantifikasi merupakan essensi, jika proses ini handal (reliable) dan hemat biaya (cost-efective). Bagaimanapun, kompleksitas dari komunitas mikrobial terlibat dalam bioteknologi lingkungan. Kompleksitas ini seringkali berada di luar deskripsi kuantitatif, tidak memiliki nilai observasi kuantitatif dari nilai yang terbaik.

Kajian bioteknologi lingkungan mengakar kepada prinsip-prinsip dan aplikasi biologi, yang berkaitan dengan teknologi. Strategi kita dalam mengembangkan bioteknologi lingkungan berbasis kepada konsep-konsep dasar dan perangkat yang bersifat kuantitatif saja. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dan aplikasi biologi disini adalah memberdayakan semua proses mikrobiologikal agar dapat dipahami, diprediksi, dan merupakan satu kesatuan pemahaman. Setiap aplikasi bioteknologi lingkungan memiliki ciri-ciri khusus tersendiri yang musti dipahami kita. Ciri khusus ini tidak dilakukan secara jungkir balik, tetapi dilakukan secara step by step.

Ilmu-ilmu pengetahuan apa saja yang terlibat kedalam kajian bioteknologi lingkungan, di antara nya: dasar-dasar taksonomi makhluk hidup, dasar-dasar mikrobiologi lingkungan, metabolisma, genetika, dan ekologi mikrobial. Di samping itu, pengetahuan lain juga terlibat, seperti: stokiometri dan energetika dari reaksi-reaksi mikrobial. Oleh karena itu, bioteknologi lingkungan merupakan ilmu aplikatif yang musti ditumbuhkembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan tarap kehidupan manusia ke arah kemakmuran.

Read Full 0 comments
 
Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger

© Newspaper Template Copyright by RUSSAMSI MARTOMIDJOJO CENTRE | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks